Saudaraku,
mari kita bernostalgia sejenak, mengingat masa lalu kita, mengingat masa SMA
kita, ketika hidayah islam, hidayah sebagai sorang ikhwah, hidayah sebagai
seorang akhwat belum diberikan oleh Allah kepada kita. Saat kita masih bergelimang kemaksiatan, saat
tangan kita begitu kotor karena megang wanita atau lelaki yang bukan mahram
kita, saat hati ini masih menduakan Allah dengan si-DIA, saat musik dan lagu masih menjadi makanan
keseharian kita, saat artis-artis masih menjadi idola kita, saat ibadah-ibadah
masih jarang dan bolong-bolong kita kerjakan, saat tutur kata kita adalah tutur
kata keburukan, yang keluar dari mulut kia adalah perkataan-perkatan kotor,
ketika nikmat kebersamaan dengan ikhwah atau akhwat belum kita rasakan, mari
mengingat sejenak masa-masa kegelapan tersebut. Lalu lihat lagi diri kita hari
ini. Diri dalam naungan hidayah, diri yang bergelimang kenikmatan atas
ketundukan pada Allah. Saat ini, kita selalu merasakan nikamatnya beribadah
kepada Allah. Bisa menikmati sholat dengun khusu`, berjama`ah sudah menjadi
rutinitas, saat kita merasakan betapa nikmatnya hidup ini dikala kita mampu
menjalankan sunnah rasulullah, celana yang di atas mata kaki, hijab yang syar`I
bagi akhwt, merasakan nikmat iman dikala mampu menudukkan pandangan, merasakan
betapa nikmatnya selalu bersama dengan orang orang sholeh, dimana mereka selalu
mengingatkan kita akan ketaatan kepada Allah, hidup nilkmat karena selalu
bersams ikhwah atau selalu bersama akhwat,demikian pula nikmatnya dapat
mengikuti majlis ta`lim. Sungguh saudaraku, semua itu begitu nikmat. Maka coba jawab pertanyaan ini, maukah relakah
kita melepaskan nikmat hidayah ini untuk ditukar dengan nikmanya dunia? relakah kita melepaskan kenikmatan
bersama dengan Allah, berdua dengan
Allah, kemudian ditukar dengan kembali ke masa lalu kita ? Saat kita kembali
pacaran, masih memperlihatkan aurat, dan berbagai maksiat yang lain ? Relakah
kita ? hati yang tunduk pada Allah, tentu akan meberkata TIDAK!
Saudaraku,
ini adalah sebuah pelajaran untuk kita. Pelajaran untuk pandai menghargai
nikmat hidayah. Untuk mapu memahami bahwa hidayah adalah barang mahal, namun
kemahalannya adalah tak terhingga karena tidak ada nilai rupiah yang dapt
dijadikan patokan untuk menyetarakan nilai hidayah dengan nilai rupiah
tersebut. Terlalu hina dunia ini untuk ditukar dengan nikmat hidayah, yang kata
rasulullah bahwa nilai dunia ini (mobil mewah, rumah mewah, emas permata, nilai
A) adalah tidak lebih berharga dibandingkan sehelai sayap nyamuk!
Inilah yang
dipahami oleh para pendahulu kita sehingga mereka rela bersakit-sakit di dunia,
demi mempertahankan nimat hidayah yang sedang mereka rasakan. Teringat kisah
bilal bin rabah yang rela dijemur dipadang pasir yang panas, dibawah terik
matahari yang menyengat, dan ditindis dngan batu yang besar oleh majikannya
agar ia melapaskan nikmat hidayah islamnya dan kembali ke agama nenek
moyangnya, namun ternya di luar dugaan Bilal bin Rabah saat itu lebih memilih
tetap menyimpan hidayah keimanan dalam hatinya dari pada harus berbalik ke
belang dan kembali pada kegelapan. Sebuah kata fenomenal, ynag dicatat sejarah,
menjawab tawaran majikannya, Ahad,Ahad, Ahad
! pertanda , tuhan hanya satu, agama ku hanya satu dan aku tak rela kembali
meyembah banyak tuhan. Sebuah pembuktian pemahaman yang begitu mendalam Dari Bilal,
nikmat hidayahnya jauh lebih nikmat nikmat dibandingkan segala kenikmatan yang
diratawarkan oleh majikannya.
Mushab bin Umair,
sang pujaan hati para wanita mekah, orang tajir, dengan gaunnya yang selalu
indah dan mewah bahkan parfumnya yang karena mahalnya, sudah dapat tercium dari
tempat yang jauh (1 km , pen). Anak yang begitu disayangi oleh orang tuanya dan
begitu dimanja, namun ketika ia merasakan nikamat hidayah berislam, maka segala
atribut dunia tadi rela untuk dilepaskannya. Ia rela diboikot oleh orang
tuanya, dan harus kehilangan segala kekayaan dan kemewaan atas putusannya
memilih agama Muhammad. Mengapa? karena ia mampu merasakan kenikmatan dalam
naungan hidayah tersebut.
Teringat
kisah sumayyah, Sang syahidah pertama, wanita budak beliang yang rela diikat
oleh majikannya, dan ditusuk dengan besi yang panas mulai dari mulutnya tempus
hinggah ke kemaluanya, demi apa ? mempertahankan hidayah yang dimilikinya.
Demikian pula dengan Ibnu Taimiah yang rela puluhan kali masuk penjari, rela
keluar masuk penjara, bahkan harus meninggal dalam penjara, karena memperjuangkan
hidayahnya. Imam Ahmad yang rela dicambuk oleh raja Al Ma`mun demi komitmen
pada agama yang diyakininya, islam ! para sahabat yang rela berhijarh
meninggalkan hartanya kekayaannya di Mekah menuju Madinah dan yang rela
berperang sampai titik darah penghabisan, semuanya hanya dengan satu tujuan,
komitmen pada agama atas nikmat hidayah islam yang sedang di rasakannya.
Begitu pula
dengan saudara muslim kita di Palestina, di Afganistan, di Checnia, maupun di
Sur`ia , perang yang mereka lakukan bukan untuk dirinya, bukan untuk
mendapatkan ganimah, namun demi
mempertahankan hidayah islam yang mereka anut. Mereka paham betul , bahwa
hidayah tak bernilai harganya, dan
sanagat nikmat bernaung di dalamnya.
Masa KKN Tiba
Saudaraku….tepat
setelah aku membaca pengumuman terbukanya kembali pendaftaran KKN REGULAR dan
KKN-PPL TERPADU, maka hati ini tersentak untuk segera menulis tulisan ini
sebagai sebuah pesan cinta untuk mu,
saudara ku…
Ahali hikmah berkata :
“ saudara yang baik, bukanlah saudara yang membenarkan
kata-kata mu, namun saudara yang baik adalah yang mengatakan kepadamu tentang
kebenaran”
Saudaraku, simaklah kisahku…
KKN ku betul-betul memberikan aku pembuktian kebenaran
perkataan para senior dahului tetang ganasnya KKN merenggut hidayah seorang
ikhwah dan akhwat. Banyak ikhwah yang setelah KKN berubah menjadi laki-laki
(bukan lagi ikhwah) dan banyak akhwat yang berubah menjadi peremuan (bukan lagi
akhwat setelah KKN). Curhatku, Sungguh
berat rasanya ketika dikali pertama aku bertemu denga teman-teman seposko ku,
aku harus menerima kenyataan bahwa aku se posku, hidup satu atap selama 3 bulan
dengan KETUA HMI, TIGA ORANG MAHASISWI SENI, DUA ORANG BERAGAMA NASRANI, DUA
ORANG FASIK (sudah tau kebenaran namun enggan mengerjakan), SATU ORANG
MAHASISWI CENTIL yang senang menyebar gossip, satu orang MAHASISWI CEREWET yang
tidak mau berhenti berceloteh bahkan suarnya selalu terdengar dari rumah
sebelah. Coba banyangkan saudaraku,aku harus tinggal seposko dengan mereka
selama 3 BULAN ? hampir tiap hari mereka mengumbar auratnaya..dan hanpir setiap
saat, siang dan malam laki dan peremuan seposkoku selalu bercampur baur, hampir
di setiap kesempatan. Perempuan yangh saat keluar rumah mengenakan kerudung ,
namun saat di dalam posko dengan murahnya mereka menjajakan mahkota ‘rambutnya’
kepada siapa saja. Bahkan betisnya pun dapat dilihat, GRATIS. Terlebih lagi
yang agam nasrani, pahanya pun GRATIS (pen, afwan.) Awalnya, aku berusaha untuk
mampu bersabar dengan kondisi ini dan mencoba mendekati teman laki-laki untuk
di dakwah fardiyahi,sambil sekali-kali menyinggung teman-teman wanita yang
murahan tadi agar punya sedikit rasa malu, namun sebulan berselang, ternyata
terasa begitu berat. Hampir setiap waktu sholat aku mengigatkan mereka, namun
nyaris tidak pernah panggilanku digubris oleh mereka.bahkan sampai
singgungan-singgungnnku pada wanita murahan tadi, mereka seakan tak merasa
bersalah. Maka sampai detik ketika aku sedang menulis tulisan ini pun, aku
tetap belum mampu mengajak mereka merasakan nikmat berislam. Kebersamaan ku
dengan mereka sungguh terasa begitu berat, seakan aku bagikan seekor ikan yang
tempat hidupnya adalah di air, namun harus disimpan di daratan. Menggelepar dan
tersiksa. Begitulah aku yang terbiasa hidup bersama ikhwah namun harus hidup
tiga bulan bersama mereka. Walupun aku sadar, bahwa ini adlah ujian keiman
untukku. Jika di Makassar aku mampu taat kepada Allah dalam keramaian bersama
ikhwah, maka Allah ingin mengujiku, mampu kah aku taat dalam kesunyian dari
ikhwah. Sama kah ketaatanku saat banyak orang yang melihat dan saat hanya
bersunyi dengan beberapa orang ikhwah ? tantangan ini yang ingin selalu ku
taklukkan, karena, nahnu du`at `ala kulli sya`i. saya adalah seorang da`I
dimana saya berada. Saat bersama ikhwah atau tidak, saya tetap da`I dan harus
terus taat dimana pun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun. Ini bukti keikhlasan
ibadah. Tuhan yang disembah saat di Makassar adalah Alah dan yang disembah saat
di kampoung pun adalah Allah, maka orang yag ikhlas adalah orang yang mampu
menjaga ibadahnya dimana pun ia berada. Ittaqillaha
haetsuma kunta. Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau berada.
Namun saudara ku, kisah ku tidak sampai di situ. Ada
yang lebih mengagetkan aku. Bahkan kali pertama aku mengalaminya, seakan tidak
percaya. Hati ini betul-betul tak dapat percaya dan sangat tak mau percaya,
namun harus dipaksa untuk menerima kenyataan itu. Kenyatan yang begitu
memilukan dan betul-betul membuat jantungku berdetak sangat kencang tak
beraturan. Karena ketidakpercayaanku, aku mengejar untuk memastikannya,
menghilangkan keraguannku. Ternya benar.
Kenyataan itu harus ku terima. Seorang shahabiahku, salah satu teman
seperjuangan, seorang akhwat yang di Makassar begitu hebat menjaga hijabnya,
betapa sangar dan tegas dalam menjaga agamanya, aku harus melihatnya terjatuh
dalam jurang yang sangat dalam. Aku melihat akhwat tersebut di suatu
malam,akhwat keluar malam adalah yang yang tidak lumrah. Namun saudarku, tidak
cukup sampai di situ, tidak hanya sekedar keluar malam, karena tahu kah engkau
dimana aku melihatnya ? bukan di mesjid sebagaimana ia sering berada di
Makassar, namun ketahuilah saudaraku, aku melihatnya pada malam itu, berada di
tempat muda mudi sering berkumpul. Namun sekali lagi saudaraku, kisahku belum
cukup sampai di situ. Kenyataan yang lebih pahit harus ku terima sambil ku
elus-elus dada ini dan beristigfar pada Allah
berulangkali karena sunguh seakan tak percaya dengan kenyataan itu,
ketika kulihat ia dengan wajah yang ceria, menaiki sebuah motor, bukan saudara
ku, bukan, bukan bersama akhwat sebagaimana di Makassar, namun bersama seorang
laki-laki yang ku tak tahu siapa dia? apaya dia ? Masih dengan terus
beristigfar dan mencoba ber husnudzon, bahwa mungkin ia dibonceng dan duduk
dengan sangat dekat sekali seperti itu, ia bersama dengan mahramnya. Namun hati
ini serasa sulit untuk menrima husnudzon tersbut. Sulit sekali. Karena tidak
hanya sepasang saudara ku, tapi tiga pasang muda-mudi. Semuanya berpasangan. Tiga
motor dan setiap motor di isi oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Mereka semua satu rombongan. Dimana salah seorang perempuan itu adalah sang
akhwat tadi. Astagfirulllah…. Berulang-ulang ku ucapkan karena sungguh, seakan
tak percaya. Seorang akhwat, pejuang dakwah di Makassar, di kampus, salah
seorang macan kampus, begitu hebat menjaga hijabnya, bahkan karena sangat
hebatnya, kehebatan akhwat ini sering menjadi buah bibir di kalangan ikhwah,
harus terjatuh, saat KKN.hidayah keakwatannyadijual dengan sekedar nilai
A. Sebandingkah ?
Belum lah lagi saudara ku, apa bila ku ceritakan
engkau kisah akhwat yang terfitnah oleh seorang ikhwah teman seposkonya, karena
hijab yang begitu longgar di antara
mereka, ketika sang akhwat minta tolong pada ikhwah (sebut ikhwah A) untuk
diinstalkan laptopnya dan saat ia mau membayar upahnya, ikhwah A tersebut
berkata tidak usah…maka seketika itu pula setan sudah mulai bermain di hati
sang akhwat. Si akhwat tadi kemudian meng-sms ikhwah lain (ikhwah B) yang satu
kelas denganya.. dan bertanya: “eh, sejak kapan tarbiyah ikhwah A ?. dijawab
oleh ikhwh B : sejak semester dua. Lalu sang akhwat tadi membalas lagi : “ih,,,
baiknya mbo..”. ini adalah perkataan cikal bakal anak panah iblis di hati anak cucu adam,
naudzubillah…di lain kisah, pada kesempatan yang berbeda ketika seorang akhwat
yang juga seposko dengan ikhwah, suatu ketika berjalan bersama seluruh teman
seposkonya ke suatu masjid dan tiba-tiba…tali
sepatu sang akhwat terlepas, maka taukah engkau apa yang terjadi setelah itu ? Sang
akhwat tersebut langsung memanggil sang ikhwah dan berkata : tolong pegangkan
ka` HP ku. Kenpa mesti minta tolong kepada ikhwah? Buka kah masih banyak
muslimah yang lain ?
Ataukah saudaraku, engkau ingin menyimak kisah seorang
ikhwah yang saat sebelum KKN begitu mantap keikhwaannya, celananya sunnah
sekali, bahkan sampai di pertengahan betis, banyak pembesar dakwah di UNM hari
ini yang lahir dari tangannya, namun setelah KKN, yang kata berbagai informasi
yang kami dapatkan, beliau terfitnah di sana, hinggah akhirnya, saat ini,
celananya sudah dibawah mata kaki bahkan keluar dari jam`ah dan saat ini
menjadi futur…
PELUANG FUTUR
Saudaraku…
bila engkau bertanya mengapa KKN mampu memfuturkan ikhwah dan akhwat, maka ini
jawabku..
1.
Sosialisasi
KKN memaksa kita untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan
teman seposko. Kalau kita bersosialisasi, beradaptasi, bahkan menyatu dengan
mereka, maka tentu cuma ada dua pilihan. Mereka mengikuti kesholehan kita atau
sebaliknya kita yang mengikuti kejahilan mereka. Penyatuan adalah persamaan.
Perasaman kita dalam kejahiliannya mereka adalah kefuturan bagi kita.
2.
Keakraban
Potensi akrab dengan teman seposko sangat besar. Bagaimana
tidak, tiap hari bahkan setiap saat bertemu. Apalagi apabila laki-laki dan
perempuan tinggal bersama dalam satu rumah. Bangun tidur bertemu, mau makan
bertemu, mau ke WC bertemu, mau nonton TV bertemu, saat musyawarah bertemu,
bahkan bagi ikhwah dan akhwat, saat sholat Tahajjud dan sahur pun bertemu. Dan
bayangkan saudaraku…pertemuan itu bukan hanya sekali dua kali, namun
berkali-kali…selama 60 hari untuk KKN regular dan 90 hari untuk KKN-PPL. Dengan
interaksi selama itu, saling mengetahui karakter dan kepribadian masing-masing
mau atau tidak mau, suka atau tidak suka sangat mungkin terjadi. Bahkan bagi
sebagian orang ini adalah peluang besar untuk PDKT. Naudzubillah…
3.
Musik
Mungkin di Makassar ikhwah dan akhwt sangt anti dengan musik,
namun di posko harus beretmu dengan orang awwam. Orang yang tiap hari, bahkan
tiap saat selalu dengar musi. Bahkan pernah terjadi teman seposko ikhwah dari
fakultas seni, sakit kepala apabila tidak dengar musik. Kalau ikhwah dan akhwt
sakit kepala saat dengar music, maka ia sakit kepala saat tidak dengar music.
Bagi mereka musik adalah hiburan dan penenang ahti, tapi bagi kita musik adalah
racun adapaun al quran adalah penenag hati. Saudaraku, awalnya mungkin kita
mampu memegang idealisme keikhwaan/keakhwatan kita, namun bila ini terus terjadi
dan kita membiarkan saja tanpa ada reaksi, kita yang seposko, serumah, bahkan
se kamar dengannya sedikit demi sedikit dapat terbawah pada kebiasaan tersebut.
Bayangkan kalau tiap hari bersamanya dan tiap hari dengar musik yang
diputarnya. Hati ini akan goyah dengan ditandai ikut bergoyangnya kaki saat
musik berdendang. Ikhwah atau akhwat kakinya ikut bergoyang saat dengar musik ?
atau kah kepalanya yang ikut mengangguk-angguk mengikuti dendangan lagu? naudzu
billah…ini kefuturan saudaraku.
4.
Mengumbar Pandangan
Saat bersama ikhwah/akhwat kita begitu istiqomah untuk
menundukkan pandangan, namun di lokasi KKN menundukkan pandangan begitu menjadi
begitu berat. Serumah, selalu bertemu sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya,
saat musyawarah, saat ada kegiatan, saat di ruang makan, di ruang keluarga,
saat di depan WC, kadang juga saling memandang saat berpapasan di jalan, dan
berbagai saat yang lain. Awalnya mungkin komitmen, tapi lama-kelamaan belum
tentu. Mungkin saat di Makassar tak satu pun wanita/laki-laki (bagi akhwat)
yang wajahnya dihapal. Namun saat di posko, seluruh wajah teman posko sudah
terhapal. Jangankan wajah, bahkan mungkin kepribadian dan segala kebiasaan
teman seposko sudah terhapal habis. Terlebih lagi saat syetan berbisik,
ih…tidak sopan kalau ada orang bicara baru tidak diliat muka`nya, nanti
tersinggungki…astagfirullah…di sinilah tipu muslihat syetan dan banyak ikhwah
dan akhwat terjatuh di dalamnya. Ini kefuturan saudaraku.
5.
Dima`comblangi
Bukan rahasia lagi, begitu banyak pejuang dakwah yang saat di
kampus bagaikan singa-singa padang pasir yang siap menghantam semua pelaku
maksiat, namun selepas KKN terfitnah dengan dunia; pacaran. Naudzubillah..bagaimana
tidak, ketika teman seposko kita mema`comlangi, menjodoh-jodohkan sesame teman
seposko. Bisa jadi antara yang paling tampan dengan yang paling cantik di posko
tersebut, bisa jadi yang sama-sama pendiam, bahkan ustadz dan ustadzah posko pun tidak luput
dijodoh-jodohkan. Mungkin ikhwah dijodohkan dengan perempuan dan yang paling
seringnya dijodohkan dengan akhwat bila satu posko. Akhwat pun kadang
dijodohkan dengan laki-laki, bahkan dengan ikhwah bila satu posko. Awalnya
memang tak ada rasa, namun lama kelaman mulai berasa. Awalnya tidak apa-apa, namun
karena sering digosipin, diejek-ejek, dipasang-pasngkan, maka manusia mana yang
hatinya tidak goyah. Lelaki mana yang tidak tertarik pada wanita dan wanita
mana yang tidak tertarik pada lelaki ? ikhwah mana yang tidak berharap
mendapatkan akhwat dan kahwat mana yang tidak pernah mengharapkan ikhwah ? Sungguh
tipu daya syetan begitu hebat saudaraku..saling melirik, saling memperhatikan,
saling mencari-cari informasi satu sama lain, mampu menggugurkan iman wahai
saudaraku. Seorang seniorpun pernah menceritakan kisah seorang lelaki awwam
yang terfinah, tertarik pada seorang akhwat bercadar. Bukan dengan wanita jelas
cantiknyanamun dengan akhwat bercadar, yang wajahnya tidak pernah
terlihatolehnya. Usut punya usut, ternyata lelaki tersebut tertarik pada
kepribadian dan suara sang akhwat. Saudartaku, berhati-hatilah..ingatlah sabda rasulullah :
“bahwa
tidak lah aku meninggalkan fitah (ujian) yang lebih berat bagi seorang
laki-laki, kecualai ujian karena seorang wanita”
“sesungguhnya
pamdangan adalah anak apanah iblis…”
“Tidak akan
akan merasakan manisnya iman kecuali orang yang mampu menundukkan pandangannya…”
Allah pun
berfirman dalam surah annur ayat 30 dan 31:
“wahai
lelaki muslim, tundukkanlah pandanganmu…wahai wanita muslimah, tundukkanlah
pandanganmu..”
6.
Subhat Solidaritas, peersaudaraan, kekompakan
Syubhat ini yang banyak ikhwah dan akhwat tidak mampu
membendungnya. Atas nama solidaritas, persaudaraan, kekompakan, sangat sering
menjadi senjata syetan untuk mencari mangsa-mangsa serigala. Teman-teman kadang
mengajak kita melakukan ini dan itu, tidak pandang halal atau haram, yang
penting kompak.
a.
Fitnah Kepala desa/kepala sekolah/guru /korcam/kordes/korsek gaul
Kepala desa/kepala sekolah/guru gaul semacam ini akan sering
membuat pesta atau acara-acara tertentu, yang
penting ngumpul, itu semboyan mereka. Mereka sering datang ke posko dan
otomatis sebagai anak KKN wajib bagi kita untuk meladeni mereka cerita dan
berdiskusi (yang tidak jelas). Mengajak ke acara pengantin, makan jagung
bareng, makan es cendol bareng, makan bakso bareng, naik mobil bareng, rekreasi
bareng, dan parahnya mereka yang
memfasilitasi bahkan berani keluarkan kocek dalam-dalam. Kalau tidak punya filter
kuat, malu/segan/tidak enak menolak ajakan, maka jadilah kita mangsa serigala
alias FUTUR. Bagaimana tidak futur kalau selalu buat pesta, bagaimana tidak futur
kalau selalu ikhtilat (campur baur), bagaimana tidak futur kalau selalu
mengumbar pandangan pada yang bukan mahramnya ? Ya Allah..jauhkanlah kami dari
semua ini.
b.
Fitnah Isra` mi`rah, Maulid, barazanji, yasinan, ta`siah, dan
bid`ah-bid`ah lain
Masyarakat tentu sangat menghormati anak KKN sehingga apabila
masyarakat punya hajatan tertentu, pasti mengundang anak KKN untuk ikut serta.
Bahkan kadang dijadikan panitia pelaksana. Masalahnya disini, kita sebagai
orang tertarbiyah dan paham keharaman berbuat bid`ah akan dilema. Di satu sisi
kita dipandang sebagai ustadz atau ustadzah, namun disisi lain kita paham bahwa
itu adalah bid`ah. Ikhwah dan akhwat yang tidak pandai berkilah atau
memudah-mudahkan perkara bid`ah, akan terjatuh pada perkara bid`ah tersebut.
Dan ingatlah saudaraku, sesungguhnya keburukan itu akan saling-panggil
memanggil dengan keburukan yang lain sehingga sekali kita berbuat keburukan,
akan memanggil kita melakukan keburukan yang lain. Sekali kita berbuat bid`ah
atau maksiat, akan memanggil kita melakukan bid`ah atau maksiat yang lain.
Ketahuilah, bahwa dalam satu desa atau kampung, bukan hanya satu masjid, tapi
bisa jadi ada beberapa masjid yang secara bergilir melakukan bid`ah-bid`ah. Pun
dengan rumah masyarakat, bukan hanya satu rumah tapi puluhan bahkan ratusan
rumah, yang setiap rumah berpotensi mengundang untuk melakukan salah satu
bid`ah.
c.
Fitnah rekreasi/pesta perpisahan
Banyak sekali pejuang dakwah terjatuh pada masalah ini.
Rereasinya tidak masalah, namun yang bermasalah adalah di tempat rekreasi
tersebut. Berikhtilat (campur baur), membuka aurat, foto bareng, bercanda
bareng, makan bareng, jabat tangan dengan ibu atau bapak posko, ibu atau kepala
desa, ibu atau bapak guru adalah bentuk pelanggaran syariat yang sangat mungkin
terjadi. Fitnah ini kadang hadir di akhir masa KKN. Banyak ikhwah dan akhwat
terjatuh pada hal ini dengan alasan solidaritas.
Acara terakhir. Kapan lagi kita ketemu, jangan pikir akhirat terus, pikir juga
dunia,dll. Ikhwah dan akhwat yang tersubhati dengan perkataan itu (sering
muncul dari teman seposko) akan berkata, tidak
papaji. Acara terakhir mi memang. Ini
mi yang terakhir, setelah ini tidak mi lagi. Ataukah bertkata, tidak papa ji..darurat! Padahal saudaraku, kata
darurat dalam islam hanya dipakai saat berhubungan dengan nyawa (kematian).
Contoh : saat di tengah hutan dan tidak ada lagi makanan selain babi, maka
berlakulah darurat. Kalau tidak makan babi tersebut akan mati, maka babi
tersebut tidak papa dimakan secukupnya, setidaknya sampai sudah bisa menyambung
hidup, terhindar dari kematian (tidak boleh sampai kenyang).
d. Fitnah GAK GAUL
e. Apabila ikhwah dan akhwat di tempat KKN berkomitmen untuk
menjaga hijab dengan yang bukan mahram,
tidak menghadiri kegitan-kegitan sia-sia atau bid`ah, jarang gabung denga teman
seposko, maka tentu cap EXTRIM,EXKLUSIF, TIDAK GAUL akan tersematkan untuk
ikhwah dan akhwat. Apabila tidak bersabar dengan hal ini, maka saat mulai
membuka diri untuk menghilangkan cap itu, bisa jadi tabir syetan akan terbuka
dan menjatuhkan kita sedikit demi sedikit tanpa disadari. Dari pengalaman
penulis, banyak ikhwah dan akhwat yang menjadi goyah saat terkena subhat ini.
KKN Bukan Kue Coklat
Saudaraku,
dari sini kita harus memetik pelajaran bahwa KKN bukan kue coklat, bukan
brownis yang enak dan lezat dimakan, hinggah kita semua berlomba-lomba
mendapatkannya dan memprogramkannya bahkan walaupun sebenarnya kita sedang memiliki amanah untuk mengurus ummat di
kampus. Kita sedang berada dalam kontrak dengan Allah, menjadi orang pilihan
ALLAH untuk ,memngurus agama Nya. Saudaraku…KKN adalah kawat berduri, batu
berduri, bahkan bagaikan srigala ganas yang dapat menerkam siapa saja. Tak
pandang akhwat atau ikhwah. Orang yang di kampus saja merupakan pejuang dakwah
yang begitu militan, namun di arena KKN, mereka pun dapat terjatuh sedalam itu…tenggelam
dalam `kebersamaan`, bahkan banyak yang tak dapat tertolong lagi…
Saudaraku,
kami para kakandamu tak pernah berpikir untuk menunda-nunda akademikmu,, namun
kami menasehatimu sebagai bukti sayang
kami padamu. Sayang, ingin selalu
bersama dan tak ingin kehilanagnmu, maka kami takut kehilangan diri mu saudara
ku. Kami takut KKN merenggut kebersamaan kami dengan mu..
Maka
saudaraku, ingatlah bahwa kita diikat oleh ikatan iman, ikatan ukhuwah, ingatlah
bahwa kita diikat oleh jama`ah. Kita bukan orang yang meyendiri, sehingga kita
dapat berijetihad sendiri. Kita bukan ulama yang saat berijetihad dan salah,
maka tetap dapat pahala. Tapi saudaraku.. kita ini hanyalah orang awwam yang
apabila berijetihad sendiri, maka konsekuensinya adalah MENJUAL HIDAYAH yang
kita miliki. Kita berda dalam jama`ah dakwah saudaraku, dan kita punya pimpinan
yang dapat mengarahkan kita. Di UNM ada FSI RI dan FMUI yang mengomandoi
dakwah, maka mari saudaraku, minta lah pertimabangan para senior ta sebelum memutuskan berangkat atau tidaknya KKN. Karena
kita berjama`ah, maka pengaturan siapa yang berngkat KKN semester ini atau
semester depan, tidak boleh atas ijetihad/keputusan sendiri namun harus
hasil musyawarah bersama dalam jama`ah.
Saudaraku,
statusmu sebagai PNS (pegawai negeri Syurga), dikontark langsung oleh ALLAH,
SKnya juga dari Allah, penilai kerja mu pun ALLAH, maka jangan sampai
keberangkatanmua KKN saat ini malah menyisakan lubang besar dalam jama`ah
sehinggah tandzim tergoyahkan dan banyak amanah ALLAH (proker) tidak berjalan,
atau kalaupun berjalan, jalannya tidak maksimal. Jagan sampai kepergianmu
menhancurkan manajemen lembaga karena tidak ada orang lain yang berkapabel
selain engkau yang mengurus lembaga dakwah ini. Jangan sampai kepergianmu
membuka pintu musuh-musuh Allah untuk menyerang kita. Atau mematahkan langkah-langkah
dakwah kita. Ingat saudaraku, jangan sampai dakwah mati karenamu. Jangan sampai
banyak halaqah tarbiyah terbengkalai karena kepergianmu. Pertimbangkanlah itu
wahai saudaraku…
Saudaraku,
hilangkan kehendak nafsuh dalam diri kita. Jangan berangkat KKN karena nafsuh
tapi berangkat lah karena Allah. Kalau kita berangkat dan keberangkatan kita
atas keputusan hawa nafsuh, bukan hasil musyawarah dalam jam`ah, maka tentu
saat di lokasi KKN kita akan dikuasai oleh hawa nafsuh. Namun jikalau kita
berangkat karena Allah, setelah memohon ridho dalam jama`ah kita, sebagai hasil
musyawarah, maka niat kita yang karena Allah tersebut akan menjadikan kita
dijaga oleh Allah selama di tempat KKN.
Jika pun
engkau berdalih bahwa ini adalah desakan orang tua, maka ketahuilah saudaraku,
bahwa itu memang sudah lumrah. Namanya juga orang tua. Sebagaimana engkau
didesak oleh orang tua mu. Kami semua pun demikian, kami semua juga didesak
oleh orang tua kami. Maka tugas kita berkomunikasi dengan orang tua, melobi
mereka dan membujuk mereka, memahamkan mereka bahwa saat ini kita masih punya
kuliah yang harus diselesaikan. Meyakinkan mereka bahwa walaupun kita KKN
semester depan atau tahun depan, tidak akan menjadikan kita lambat selesai. Dan
memang KKN bukan jaminan sudah akan selesai. Dalam pengalaman penulis dan hasil
sharing dengan beberapa orang senior, maka tidak akan
mungkin ada orang tua yang memaksa anaknya KKN sacara berlebihan karena orang
tua pun yakin bahwa kita sebagai anaknya tentu lebih tau tentang kuliah kita dari
pada mereka. Saudar ku..sengotot kita meyakinkan orang tua kita agar mereka
berkenan membelikan/memberikan laptop, motor, buku, uang SPP, uang praktikum,
hingga mereka yakin dan mewujudkan keinginan kita, maka seharusnya sengotot itu
pulah lah kita membujuk orang tua kita mewujudkan keinginan kita agar menunda
dulu KKN untuk sementara, jika memang jama`ah menginginkan keberangkatan kita
ditunda terlebih dahulu demi dakwah yang membutuhkan kita.
Saudaraku, tujuan
hidup ini adalah ibadah, maka pertimbangkanlah sekarang, mana yang lebi dekat
pada ibadah, berangkat KKN sekarang atau mengurus dakwah di Makassar ? kita
hidup untuk kumpulkan pahala, maka coba pikirkan sekarang, mana yang lebih
berpahala,menunda dulu KKn dan tinggal mengurus dakwah di Makassar atau
berangkat KKN sekarang ? Saudaraku, kita berbuat untuk dekatkan diri pada
ALLAH, maka coba renungkan sekarang, mana yang lebih mendekatkan pada ALLAH,
tinggal dulu membina ummat di makasar atau berangkat KKN sekarang ? Saudaraku,
apabila kita semua telah bermusyawarah dan memang memandang lebih maslahat
untuk dakwah bila antum berangkat sekarang, maka jama`ah tidak akan mungkin
menghalangimu berangkat. Pasti kami mendukung keberangkatanmu sekarang, demi
maslahat yang lebih besar. Yang mana yang terbaik untuk dakwah makaitulah
pilihan jam`ah insayAllah.
Saudaraku, hilangkanlah
kehendak nafsuh dalam diri dan
berangkatlah KKN setelah bermusyawarah dalam jama`ah, karena keputusan
musyawarah adalah keputusan terbaik. Banyak kepala yang memetuskan lebih baik
dari padahanya satu kepala yang memutuskan. Hidayah adalah barang mahal yang
tak ternilai harganya. Maka relakah kita menukar nikmat nilai A KKN, gelar
S.Pd, Gelar S.Si, dengan hidayah yang kita miliki saat ini ? apabila engkau
telah bermusyawarah dalam jam`ah dan diputuskan engkau berangkat KKN sekarang,
maka berangkatlah dengan misi dakwah. Insyaallah, keberangkatanmu KKN adalah
pilihan terbaik. Pesanku, peganglah prinsip, “saya meninggalkan dakwah untuk
beralih pada medan dakwah yang lain”. Namun apabila musyawarah jama`ah
memutuskan engkau tetap berada disini, di Makassar, mengurus dakwah, dan KKN mu
lebih maslahat bila ditunda dulu, maka yakinlah saudaraku, itu pun adalah
keputusan terbaik untuk mu.
Rasulullah
bersabda:”barang saipa yang meninggalkan
sesuatu karena Allah, maka pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik
dari itu.”
Saudaraku,
semakin banyaknya ujian hidup yang kita rasakan, maka kita semakin yakin dengan
jalan yang kita tempuh saat ini. Kita semakin yakin bahwa jalan yang sedang
kita lalui saat ini benar-benar jalannya nabi dan rasul. Susah payah,
nenyakitkan, berat, penuh ujian dan cobaan, itulah jalannya nabi dan
rasul. Maka bila kita para pejuang agama
Allah merasakan hidup yang penuh susah payah, hidup yang menyakitkan, berat,
cobaan bertubi-tubi dan datang silih berganti, siang dan malam, penuh semak
berduri, maka yakinlah akhi wa ukhti, bahwa jalan yang sedang kita lalui
tersebut, itulah jalannya para nabi dan rosul. Nabi dan rosul Allah berjalan
pada jalan itu untuk menuju pada satu tujuan, Jannah ! maka pilihan kita
berjalan di jalan yang sama sebagaimana nabi dan rasul pun berjalan pada jalan
itu, adalah sebuah perjalanan kita menuju tempat yang sama, menuju kebersamaan yang hakiki dengan
nabi dan rosul Allah tersebut, yaitu syurga.
Al ajeru `ala qadri masyakkah
“ seberat cobaan yang kita dapatkan, maka sebesar itu
pulalah pahala yang Allah siapkan”
(Andi Muhammad Akhyar_Ibnu Abu Bakar, Waketum FSIRI UNM 1433-1434)